Jumat, 04 September 2015

TEKNIK KOMUNIKASI PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
       Pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman informasi dari satu pihak kepada pihak lain untuk tujuan tertentu. Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikasi yang terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedbackdari pihak penerima pesan.
       Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di dalamnya. Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Pengajar adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga dosen sebagai pengajar dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.

       Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan memaparkan makalah dengan judul “Teknik-Teknik Komunikasi dalam Pendidikan.”

B.     RUMUSAN MASALAH
        1.        Apa yang dimaksud Teknik-Teknik Komunikasi pendidikan ?
        2.        Apa prinsip-prinsip komunikasi dalam pendidikan ?



BAB II
PEMBAHASAN
TEKNIK DAN PRINSIP KOMUNIKASI DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN


2.1    TEKNIK-TEKNIK KOMUNIKASI PENDIDIKAN
       Menurut Uchyana (1984) teknik komunikasi terdiri atas:
1.    Komunikasi informatif
     Suatu pesan yang disampaikan pada seseorang atau sejumlah orang tentang hal-hal baru yang 
     diketahuinya.
2.    Komunikasi persuasif
  Proses mempengaruhi sikap, pandangan atau perilaku seseorang dalam bentuk kegiatan membujuk, 
  mengajak sehingga ia melakukan dengan kesadaran hati.
3.    Komunikasi instruktif

Komunikasi yang engandung ancaman, sangsi dan lain-lain yang bersifat paksaan, sehingga orang-orang yang dijadikan sasarna melakukan sesuatu secara terpaksa, karena takut akibatnya.
Pendidik memiliki tanggung jawab penuh atas pengelolaan proses belajar mengajar. Adapun yang menjadi fokus sasarannya adalah unsur-unsur dari proses belajar-mengajar dan menjadikan seefektif mungkin dan seoptimal mungkin unsur-unsur tersebut. Agar keadaan ini dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan, maka ada dua kegiatan pokok yang harus dilaksanakan oleh para guru, yaitu:
1.    Mempersiapkan diri dan unsur-unsur lainnya yang akan dilibatkan dalam proses belajar-mengajar.
2.    Mengoperasikan hal-hal yang sudah dipersiapkan dengan memperhatikan variasi dan pengembangan 
      seperlunya, utamanya perhatian terhadap metode pembelajaran.
            Atas dasar pemikiran tersebut, maka pada bagian ini pengelolaan proses belajar mengajar akan ditinjau dari dua pendekatan, yaitu pendekatan konseptual dan pendekatan operasional. Dua pendekatan ini sebenarnya saling berhubungan dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal.
a.         Pendekatan Konseptual
       Pengelolaan kelas dalam proses belajar-mengajar dengan pendekatan konseptual adalah kegiatan pengelolaan yang berkaitan dengan penyususnan rancangan belajarmengajar (pembelajaran). Proses pembelajaran adalah kegiatan yang berlangsung di kelas dengan sasaran utamanya adalah pengoperasian tujuan-tujuan pembelajaran. Rancangan pembelajaran tersebut semestinya terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan pembelajaran (intrsuksional), Kegiatan belajar mengajar dan penilaian.
       Langkah pertama adalah rumusan tujuan instruksional dalam Tujuan khusus pembelajaran sebagai penjabaran dari rumusan tujuan umum pembelajaran. Langkah kedua adalah kegiatan belajar mengajar atau sering disebut dengan proses belajar mengajar. Langkah ini dilakuan dalam tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti pembelajaran dan penutup.Rincian ini tentunya disesuaikan dengan durasi waktu yang ada dalam tiap pertemuan.

Nana (1989:147-148) menyebutkan “secara umum ada tiga tahapan dalam strategi pembelajaran yaitu tahap pemula (prainstruksional), tahap penyampaian (instruksional) dan tahap penilaian dan tindak lanjut.”
       Pada tahap pertama (prainstruksional) ada beberapa hal yang memerlukan rancangan. Tahap awal dari proses belajar mengajar, berfungsi mengarahkan siswa mengikut proses belajar mengajar yang sebenarnya. Rancangan pembelajaran pada tahap ini mengungkapkan kembali pengalaman, perilaku awal (entering behavior) dan kebutuhan siswa yang berhubungan dengan minat, bakat dan lingkungan di mana siswa itu berada.
       Tahap kedua (instruksional) adalah tahap inti dalam kegiatan belajar, berupa penyajian materi pelajaran yang diarahkan kepada pencapaian tujuan instruksional khusus secara optimal. Tahap kedua ini melputi: merumuskan tujuan instruksional khusus dengan memperhatikan kurikulum, kemampuan siswa. Kualitas rancangan tujuan instruksional khusus didasarkan pada minat, bakat, dan kebutuhan yang mendasar dari siswa yang berkaitan dengan dimana siswa itu berada.Di samping itu materi pelajaran, media, metode, sumber belajar dan waktu dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran.Agar rancangan komponen-komponen tersebut memiliki daya guna yang tinggi terhadap pencapaian tujuan, maka pilihan dan penetapan komponenkomponen tersebut disesuakan dengan karakteristik tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran merupakan titk sentral dalam menentukan komponen-komponen pembelajran lainnya yang akan dilibatkan dalam penyajian materi pembelajaran.

       Tahap ketiga (penilaian dan tindak lanjut) dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam kegiatan komunikasi instruksional.Kegiatan yang sering dilakukan pada tahap ini adalah menilai siswa melalui tes lisan, tulisan dan mungkin dirancang berdasarkan tujuan yang telah ditentukan.Bagi siswa yang belum memenuhi kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan hendaknya disiapkan rancangan khusus bagi mereka seta rancangan penilaian atau tugas-tugas tetentu yang berfungsi sebagai tes lisan ataupun tes tertulis.

b.        Pendekatan Operasional
       Tindak lanjut dari pendekatan konseptual dalam proses belajar mengajar adalah pengoperasin rancangan pembelajaran dalam bentuk kegiatan nyata di dalam kelas. Rancangan tersebut biasanya berisi hal-hal yang mendasar sebagai pedoman atau pegangan bagi para guru. Penerapannya dalam proses belajar memerlukan pengembangan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Pengembangan ini diarahkan kepada seluruh komponen-komponen pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar tidak berlangsung monoton dan membosankan.

2.2    PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI DALAM PENDIDIKAN
       Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar.Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi.Larry A.Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi.Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi.

Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi yaitu :
1)        Komunikasi adalah suatu proses simbolik
     Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti dikatakan Susanne K. Lenger, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang.Ernst Cassirer mengatakan bahwa keunggulan manusia atas makhluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum.

  Lambang atau symbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non-verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama, misalnya memasang bendera dihalaman rumah untuk menyatakan penghormatan atau kecintaan kepada negara.
    
     Lambang adalah salah satu kategori tanda.Hubungan antara tanda dengan objek dapat juga direpresentasikan oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan.Ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang direpresentasikannya. Representasi ini ditandai dengan kemiripan.Misalnya patung Soekarno adalah ikon Soekarno, dan foto pada KTP Anda adalah ikon Anda.
Berbeda dengan lambang dan ikon, indeks adalah tanda yang secara alamiah mempresentasikan objek lainnya. Istilah lain yang sering digunakan untuk indeks adalah sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari disebut juga gejala (symptom). Indeks muncul berdasarkan hubunagn antara sebab dan akibat yang punya kedekatan eksistensi. Misalnya awan gelap adalah indeks hujan yang akan turun, sedangkan asap itu disepakati sebagai tanda bagi masyarakat untuk berkumpul misalnya, seperti dalam dalam kasus suku primitif, maka asap menjadi lambang karena maknanya telah disepakati bersama.

2)        Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
       Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.
Kita tidak dapat berkomunikasi.Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Alih-alih, komunikasi terjadi bila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.
       Cobalah Anda minta seseorang untuk tidak berkomunikasi.Amat sulit baginya untuk berbuat demikian, karena setiap perilakunya punya potensi untuk ditafsirkan. Kalau kita tersemyum, ia ditafsirkan bahagia, kalau ia cemberut ia ditafsirkan ngambek. Bahkan ketika kita berdiam diri selalipun, kita mengundurkan diri dari komunikasi dan lalu menyadari, seberapa kita berkomunikasi banyak pesan.

3)        Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan
       Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda.
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara non verbal. Dimensi isi menunjukkan muatan isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan, sedangaka dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut.
       Pengaruh suatu berita atau artikel dalam surat kabar misalnya, bukan hanya bergantung pada isinya, namun juga siapa penulisnya, tata letak (lay-out)-nya, jenis huruf yang digunakan, warna tulisan dan sebagainya. Pesan yang sama dapat menimbulkan pengaruh berbeda bila disampaikan orang berbeda. Biasanya artikel yang ditulis orang yang sudah dikenal akan dianggap lebih berbobot bila dibandingkan dengan tulisan orang yang belum dikenal. Bila dimengerti maka redaktur surat kabar atau majalh akan lebih memprioritaskan tulisan orang-orang yang sudah dikenal sebelumnya.

4)        Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
       Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai).
       Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesenjangan, dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali hingga komunikasi yang benar-benar direncanakan dan disadari. Kesenjangan bukanlah syarat untuk terjadinya komunikasi. Meskipun kita sama sekali tidak bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku kita potensial ditafsirkan orang lain. Kita tidak dapat mengendalikan orang lain untuk menafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku kita. Membatasi komunikasi sebagai proses yang disengaja adalah menganggap komunikasi sebagai instrument seperti dalam persuasi.
      
       Niat atau kesengajaan bukanlah syarat mutlak bagi seseorang untuk berkomunikasi.Dalam komunikasi antara orang-orang berbeda budaya ketidaksengajaan berkomunikasi ini lebih relevan lagi untuk kita perhatikan. Banyak kesalahpahaman antarbudaya sebenarnya disebabkan oleh perilaku seseorang yang tidak disengaja yang dipersepsi, ditafsirkan, dan direspons oleh orang lain dari budaya lain. Misalkan dalam tindakan menyentuh wanita di Arab Saudi yang diperkenalkan kepada Anda, yang sebenarnya tidak Anda sengaja, dapat menyampaiakn pesan negatif yang menghambat pertemuan tersebut.

5)        Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
       Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
       Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim, suhu, intensitas cahaya, dan sebagainya), waktu, sosial dan psikologis. Topik-topik yang lazim dipercakapkan di rumah, tempat kerja, atau tempat hiburan seperti “lelucon,” “ acara televisi,” “mobil,” “bisnis,” atau “perdagangan” terasa kurang sopan bila dikemukakan dimasjid
      
       Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu pesan. Dering telepon pada tengah malam atau dini hari akan dipersepsi lain bila dibandingkan dengan dering telpon pada siang hari.Dering telepon pertama itu mungkin berita sangat penting (darurat), misalnya untuk mengabarkan orang sakit, kecelakaan atau meninggal dunia atau upaya orang jahat untuk mengetes apakah dirumah ada orang atau tidak.

6)        Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
       Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
       Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan tatakrama. Artinya, orang-orang memilih strategi tertentu berdasrkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespon. Prediksi ini tidak selalu disadari, dan sering berlangsung cepat.Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya.

7)        Komunikasi Itu Bersifat Sistemik
       Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan.Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut.Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
       Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup.Organ-organ dalam tubuh kita saling berhubungan.Kerusakan pada mata dapat membuat kepala kita pusing.Bahkan unsure diri kita yang bersifat jasmani juga berhubungan dengan unsure kita yang bersifat rohani. Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi itu: Sistem Internal dan Sistem Eksternal. Sistem internal adalah seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi yang ia cerap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, masyarakat,setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga pendidikan, kelompok sebaya, tempat kerja, dan sebagainya).
      
       Berbeda dengan sistem internal, sistem eksteernal terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan di sekitarnya, penataan ruangan, cahaya, dan temperatur ruangan. Elemen-elemen ini adalah stimuli publik yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam setiap transaksi komunikasi.

8)        Semakin Mirip Latar Belakang Sosial Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi
       Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
       Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Dalam kenyataannya, tidak pernah ada dua manusia yang persis sama, meskupun mereka kembar yang dilahirkan dan diasuh dalam keluarga yangsama, diberi makanan yang sama dan di didik dengan cara yang sama. Namun adanya kesamaan sekali lagi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif.

9)        Komunikasi Bersifat Nonsekuensial
       Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.

10)    Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
       Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
       Seperti juga waktu dan eksistensi, komunikasi tidak mempunyai awal dan akhir, melainkan merupakan proses yang sinambung. Bahkan kejadian yang sangat sederhana pun melibatkan rangkaian kejadian yang rumit bila diperdengar memenuhi permintaan tersebut.implimintasi dalam proses komunikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa peserta komunikasi berubah pengetahuan hingga berubah pandangan.

11)    Komunikasi Bersifat Irreversible
       Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.

12)    Komunikasi Bukan Panasea Untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah
       Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.Banyak persoalan dan konflik antar manusia disebabkan oleh masaalh komunikasi.Namun komunikasi bukanlah panasea (obat mujrab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena konflik atau persoalan tersebut mungkin berkaitan denagn masalah struktural.

2.2.1        Prinsip Komunikasi Efektif dalam Meningkatkan Minat Belajar Anak
1)        Guru memberikan kebebasan anak untuk berkreasi, anak terpacu untuk membuat karya unik
2)        Guru menerima berbagai jawaban anak terhadap pertanyaan tertentu, anak belajar berpikir luas
3)        Guru menerangkan materi dengan sudut pandang yang unik, anak terpacu rasa ingin tahu
4)      Guru memberikan penjelasan awal secara jelas sebelum anak memulai pekerjaannya, anak mendapat pengetahuan awal secara efektif.
5)        Guru menggunakan alat peraga, anak mempunyai modal pengetahuan awal yang lebih terbayang
6)    Guru menerangkan dengan eksperimen, anak terpacu rasa ingin tahunya dan belajar mengamati terjadinya suatu fenomena
7)    Guru memberikan ulasan dan kesimpulan terhadap apa yang dikerjakan anak, anak memahami maksud pekerjaan dan berpikir secara utuh
8)    Guru mengaitkan isi cerita dengan fenomena yang pernah dilihat anak, anak belajar berpikir mengaitkan satu hal dengan hal lain.
9)      Guru memberikan kesempatan anak untuk bercerita, anak belajar mengungkapkan gagasan secara lebih terstruktur
10)    Guru membimbing anak tampil didepan forum, anak belajar berani berkreasi didepan orang banyak
11)    Guru melakukan pendampingan secara pribadi kepada anak, anak memiliki keamanan psikologis untuk berkreasi
12)   Guru melayani pertanyaan-pertanyaan anak, anak nyaman untuk berpendapat dan terpuaskan rasa ingin tahunya
13)  Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba lagi, anak belajar menyelesaikan pekerjaan dengan berbagai inovasi baru
14)    Guru menjalin kedekatan, anak memiliki rasa aman secara psikologis untuk berkreasi
15)   Guru melibatkan anak secara efektif dalam belajar, anak merasa ikut memiliki dan tumbuh minat belajarnya
16)    Guru melibatkan diri dalam kegiatan anak, anak lebih bersemangat dalam berkreasi
17)  Guru menciptakan suasana menyenangkan, anak menyenagi materi dan memiliki kepuasan pribadi dalam berkreasi
18)    Guru menciptakan suasana bersemangat dalam belajar, anak lebih bermotivasi.

2.2.2        Prinsip-Prinsip Komunikasi Efektif
a.        Prinsip pertama : respect
       Prinsip pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang akan menjadi sasaran pesan yang di sampaikan. Guru dituntut dapat memahami bahwa ia harus bisa menghargai setiap siswa yang dihadapinya. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan prinsip yang pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati akan dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang dapat meningkatkan efektivitas kinerja guru baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai tim.
       Salah satu prinsip paling dalam sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai.Penghargaan terhadap individu adalah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan sehingga setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati tersebut akan menggenggam orang dalam telapak tangannya. Selain itu penghargaan yang tulus terhadap individu dapat membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal–hal terbaik. Guru yang memberikan penghargaan secara tulus kepada para murid maka akan dihargai pula oleh muridnya dan menjadikan proses belajar mengajar menjadi sebuah proses yang menyenangkan bagi semua pihak.

b.        Prinsip kedua: emphaty
       Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Dengan memahami dan mendengarkan orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Komunikasi di dunia pendidikan diperlukan saling memahami dan mengerti keberadaan, perilaku dan keinginan dari siswa. Rasa empati akan menimbulakan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun sebuah suasana kondusif di dalam proses belajar-mengajar. Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologi atau penolakan dari penerima.

c.         Prinsip ketiga: audible
       Prinsip audible berarti adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Berbeda dengan prinsip yang kedua yakni empati dimana guru harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible adalah menjamin bahwa  pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan dengan baik. Dalam rangka mencapai hal tersebut maka pesan harus di sampaikan melalui media (delivery channel)sehingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hal itu menuntut kemampuan guru dalam menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio-visual yang dapat membantu supaya pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para murid.

d.        Prinsip keempat: clarity
       Prinsip clarity adalah kejelasan dari isi pesan supaya tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai macam penafsiran Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparasi.Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme siswa dalam proses belajar-mengajar. Dengan cara seperti ini siswa tidak akan menganggap lagi proses belajar-mengajar sebagai formalitas tetapi akan mengganggapnya sebagai sebuah kebutuhan pokok bagi kehidupannya.

e.         Prinsip kelima: Humble
       Prinsip kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Kerendahan hati merupakan suatu cara agar orang lain merasa nyaman (care) karena ia merasa sejajar sehingga memudahkan komunikasi dalam dua arah.
       Komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut.Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar dengan siswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil.Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.
      
       Pembelajaran sebagai subset dari proses pendidikan harus mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan, yang pada ujungnya akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan mutu pendidikan, maka dalam proses pembelajaran harus terjadi komunikasi yang efektif, yang mampu memberikan kefahaman mendalam kepada peserta didik atas pesan atau materi belajar.


BAB III
PENUTUP
  
3.1    KESIMPULAN
       Orang yang masih hidup tidak mungkin akan lepas dari komunika siwa laupun bukan berarti semua perila ku adalah komunikasi, komunikasi adadimana-mana: di rumah, di kampus, di kantor dan dimasjid; bahkan ias anggup menyentuh segalaaspek kehidupan kita (Jalaluddin Rakhmat, 1985). Artinya, hamper seluruh kegiatan manusia, dimanapun adanya, selalu tersentuh oleh komunikasi. Bidang pendidikan misalnya, tidak bisaberjalantan padukungan komunikasi, bahkan pendidikanhanya bisaberjalan melalui komunikasi (Jourdan, 1984:74), dengan kata lain, tidak ada perilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh komunikasi.
      
       Bagaimana mungkin mendidik manusia tanpa berkomunikasi, mengajar orang tanpa berkomunikasi,  atau member kuliyah tanpa berbicara.Semuanyamembutuhkan komunikasi.
       Disamping itu, komunikasi juga berfungsi mendidik masyarakat, mendidik setiap orang dalam menujupencapaian kedewasaannya bermand iri.Seseorang bias banyak tahukarena banyakmen engar, banyak membaca, dan banyak berkomunikasi.
Menurut Uchyana (1984) teknik komunikasi terdiri atas :
1.      Komunikasi informatif
2.      Komunikasi persuasif
3.      Komunikasi instruktif

a.        SARAN
       Diharapkan agar mahasiswa khusunya pendidik dapat lebih mengetahui dan memahami peranan media pendidikan dalam proses komunikasi pembelajaran yang ada. Sehingga setelah mempelajari pembahasan ini, kita mampu mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/12/31/teknik-teknik-dalam-komunikasi-pendidikan/
http://ilmupengetahuan446.blogspot.com/2015/03/prinsip-komunikasi-pembelajaran.html


Kampus          : STKIP Kusuma Negara
Program         : S.1 Pendidikan Matematika
Mata Kuliah   : IPA/IAD
Penyusun         : Erni Alfiani
                               Rita Ningsih
                               Rini Fatmawati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terikamasih